Menghadapi era globalisasi yang tiada batas dengan segala dampak positif
dan negatifnya membutuhkan filter luar biasa agar generasi muda tetap
pada identitas dan karakternya sebagai bangsa yang beretika, agamis
namun juga memiliki wawasan global dan moderat. Dalam hal ini dibutuhkan
balancing power antara ilmu dan agama, antara teknologi dan akhlak yang
tertanam pada diri generasi muda sebagai calon manusia kaffah yang
membawa kemaslahatan bagi umat.
Di tengah-tengah masyarakat, pondok
pesantren didirikan dengan tujuan tafaqqahu fiddin, dimana kepentingan
umat diutamakan sehingga benar-benar memberikan kontribusi bagi
masyarakat, baik sebagai pondasi, filter, balance, maupun pelopor bagi
kemajuan itu sendiri. Itulah sebabnya sejak sejarah kemunculannya pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia mampu
bertahan dari badai perubahan zaman. Bahkan pondok pesantren dianggap
sebagai subkultur yang mewakili lembaga bercirikan ke-Indonesia-an.
Namun
demikian mendirikan pondok pesantren tidaklah semudah yang dibayangkan.
Disamping beberapa keterbatasan dan isu-isu miring yang ditujukan untuk
melemahkan pondok pesantren, juga dibutuhkan proses yang panjang untuk
mengembangkan dan membesarkan pondok pesantren. Dukungan dari
masyarakatlah yang akan mengikis anggapan itu sekaligus membuktikan
bahwa pesantren adalah model lembaga pendidikan yang sangat dibutuhkan
di masyarakat seperti di zaman sekarang ini.
Selain itu, tuntutan
kualitas SDM yang memiliki skill/kemampuan berstandar nasional bahkan
internasional saat ini harus diperhatikan. Hal ini untuk membuktikan
bahwa pondok pesantren tidak hanya melulu menghasilkan tamatan-tamatan
yang ahli dalam bidang agama saja namun juga memiliki ketrampilan dan
wawasan yang dapat bersaing sebagai alternatif lembaga pendidikan di
masyarakat.
Cita-cita itulah yang perlu dirintis dari sekarang, dan
sejak Ponpes Roudhotul Huda pada tahun 2011 lalu dimotori oleh Ust.
Fairuzabadi Al Baha'i dan direstui oleh KH. Syaifudin sebagai tokoh
masyarakat, kami terus berupaya menerapkan program yang dapat menunjang
berbagai tuntutan global, seperti program wajib berbahasa asing (english
& arab) setiap waktu dengan memanfaatkan kelebihan pesantren dengan
sistem fullday. Untuk menunjang ketrampilan santri kami juga
bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) dari Dinas Sosial Kabupaten
Pekalongan untuk memberikan berbagai pelatihan, diantaranya adalah
ketrampilan service HP, kulkas, TV, pertukangan dan lain sebagainya.
Watusalam
sendiri ditengah kehadiran ponpes ini cukup responsible mengingat
kultur masyarakatnya memiliki tingkat religiusitas yang tergolong tinggi
dalam hal keagamaan maupun pendidikan agama, baik itu formal maupun non
formal. Dekade tahun 1990-an, desa ini memiliki banyak santri yang
mondok di luar kota. Oleh karena itu sayang apabila potensi sumber daya
manusia yang dimiliki oleh desa Watusalam tidak dioptimalkan untuk
membangun generasi yang akan meneruskan mereka nantinya.
Paling tidak ada dua alasan mengapa masyarakat di Watusalam memandang
penting akan keberadaan pondok pesantren Roudhotul Huda di desa ini :
1. Masyarakat desa Watusalam menjadikan Pondok Pesantren Roudhotul
Huda ini tempat untuk memperdalam keilmuan setelah anak-anaknya selesai
menempuh pendidikan di TPQ dan Madrasah Diniyah.
2. Di Watusalam
dan sekitarnya banyak terdapat sekolah formal mulai dari tingkat dasar
dan menengah (SD/MI, MTs/SMP, SMK/SMA). Bagi para orang tua baik yang
berasal dari Watusalam atau bukan, Pondok Pesantren ini memiliki fungsi
balance sekaligus mendidik untuk mandiri sejak mereka masih bersekolah.